"In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful; All the praises and thanks be to Allah, the Lord of the 'Alamin; The Most Gracious, the Most Merciful; The Only Owner of the Day of Recompense; Only to You, we worship and we ask for help;Guide us to the Straight way; The way of those on whom You have bestowed Your Grace, not (the way) of those who earned Your Anger, nor of those who went astray."

Senin, 05 Desember 2011

Berkualitas dgn Prinsip-Prinsip Kualitas Islami

"Dialah (Tuhan) yang menjadikan kematian dan kehidupan agar Dia menguji siapakah di antaramu yang lebih baik amalannya. Dan, Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun," (QS Al-Mulk [67]:2)

Allah menuntut setiap individu untuk melakukan ibadah serta kegiatan yang berkualitas. Berkenaan dengan ayat di atas, Imam Ibn Kathir mengatakan, "Yang dimaksud dengan amalan yang baik (ahsan) ialah sebaik-baik amalan dan bukan sebanyak-banyak amalan."

Islam sangat menekankan kualitas dalam setiap hal. Hal ini telah disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang maksudnya adalah, "Sesungguhnya, Allah itu suci bersih dan Allah tidak akan menerima, kecuali yang suci bersih pula."

Berikut Prinsip-Prinsip Kualitas yang berpedomankan Al-Qur'an dan As-Sunah:

1.   Otoritas tertinggi tentang kualitas ialah Allah
      Pakar audit tertinggi adalah Dia yang mengetahui segala sesuatu yang lahir dan batin. Berhadapan dengan pakar audit ini manusia tidak dapat menyembunyikan apapun. Mereka terpaksa menjaga kualitas dalam setiap hal dan keadaan.
Allah berfirman dalam Surah At-Taghabun ayat 2, "Dialah yang mengetahui  yang gaib dan yang nyata. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."


2.   Kualitas Bermula dari dalam
     Kebersihan hati adalah dasar kualitas. Titik tolak dari kebersihan ialah keikhlasan dan kejujuran. Manusia yang ikhlas dan jujur tidak akan menipu, menerima suap, mengkhianati amanah, serta bersikap tidak peduli dalam hidupnya. Dengan melakukan hal tersebut, dia tidak hanya akan menghasilkan produk yang berkualitas, lebih daripada itu dia akan memastikan hasil yang seperti itu terjadi secara konsisten. Menurut  Imam Bukhari dan Muslim, Nabi bersabda, "Sesungguhnya, dalam diri anak Adam ada sekepal daging. Jika baik daging itu, akan baiklah seluruh jasad dan jika buruk daging itu, akan buruklah seluruh jasad. Daging itu ialah hati."


3.   Kualitas harus ada ukurannya, bukan pengakuan
      Taqwa ada kukurannya. Ukuran dasar yang harus dipenuhi ialah Syariat. Di anatar ukuran dasar tersebut ialah melakasanakan shalat fardhu 5 waktu setiap hari, berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan, dan mengeluarkan.
Jika seseorang mengaku dia bertaqwa, sedangkan dia tidak melakukan kewajiban pokoknya, maka dia dianggap sebagai seorang pendusta karena tidak menepati ukuran-ukuran taqwa. Pada zaman Nabi, seorang laki-laki betanya kepada Nabi, "Apa pendapatmu jika aku melaksanakan shalat fardhu, berpuasa di bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, adakah aku layak kesurga?", Nabi menjawab, "Ya." (HR. Imam Muslim). Jika taqwa mempunyai syarat dan ukuran, demikian pula dengan kualitas produk yang hendak dihasilkan harus mengikuti syarat dan ukuran.


4.   Berkualitas pada setiap kesempatan, bukan sekali-sekali
      Allah mengawasi manusia setiap waktu, setiap detik. Umat Islam wajib menjaga kualitas iman dan amalan mereka setiap waktu. Menurut Imam Tirmizi, Nabi bersabda, "Bertaqwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada."


5.   Setiap orang adalah pemimpin
     Setiap individu adalah Khalifah dan setiap individu bertanggung jawab untuk beribadah serta melakukan pekerjaan. Wajib memelihara kualitas ibadah dan pekerjaan dimanapun, kapanpun, dan pada waktu yang bersamaan. Jika setiap individu memelihara kualitasnya maka yang dihasilkannya pasti berkualitas secara keseluruhannya. Nabi bersabda, "Semua dari kamu adalah pengembala dan semua dari kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya."


6.   Menilai sebelum dinilai
     Sebelum penilaian dibuat di akhirat, sebaiknya penilaian pada diri sendiri dibuat dari waktu ke waktu sewaktu masih hidup di dunia. Sejak dini, langkah-langkah pencegahan harus diketahui dengan pasti agar di kemudian hari tidak timbul masalah. Jika metodologi kerja seperti ini diaplikasikan di setiap bidang, kerusakan dan kerugian akan dapat diminimalisasi. Khalifah Umar Al-Khattab berkata, "Hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung."


7.   Berkualitas secara holistik
    Islam merupakan agama yang lengkap, nilai-nilai kualitas harus diaplikasikan secara komprehensif. Sebagai kiasan, kereta api tidak dapat dianggap berkualitas jika sebagiannya baik dan ada bagian yang rusak. Demikian pula dalam konteks menghasilkan produk, jika produk yang dihasilkan adalah baik, tetapi proses yang digunakannya telah menyebabkan pencemaran yang memudaratkan, maka tidak dianggap sebagai sesuatu yang berkualitas. Nabi bersabda, "Allah menuntut agar ihsan (keelokan) terwujud dalam setiap hal."  (HR. Imam Muslim)


8.   Pengabaian merugikan dunia dan akhirat
     Kegagalan mengikuti landasan kualitas yang Allah tetapkan akan mengundang kerugian di dunia dan di akhirat. Kerugian di dunia akan melanda dalam bentuk kesempitan hidup, sementara di akhirat dalam bentuk azab yang amat pedih. Sebaliknya, jika landasan kualitas ini dipatuhi, Allah akan mengganjarkannya dengan pahala dan rahmat dari sisi-Nya.
Dalam Surah Tha Ha ayat 124, Allah berfirman, "Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...